Minggu, 14 Juni 2020

5 Kesalahan OrangTua Part 1


Tidak ada pendidik yang mendidik anak hal  keburukan. Orangtua adalah pendidik utama bagi buah hati mereka. Mendidik bukan saja merupakan konsekuensi logis dalam status sebagai orangtua, yang lebih esensial adalah menjalankan amanah Allah SWT sehingga tugas mendidik pada dasarnya adalah tugas keTuhanan. Namun, selalu saja timbul masalah dalam proses mendidik, terutama hasil didikannya tidak selalu sama dengan niat dan keinginan pendidiknya. Mengeluh dan menimpakan kesalahan pada lingkungan di luar keluarga adalah jalan pintas bagi orangtua untuk menenangkan hati, diri, dan pikirannya sementara waktu. Kondisi putra-putri tercinta perlu kearifan dalam menerima karena siapa tahu tanpa disadari para orangtua telah terjebak pada kesalahan dalam mendidik.

  1. Menanam ranjau mental.
Ranjau mental yaitu pesan-pesan tidak sehat yang disampaikan orangtua kepada anak-anaknya yang dapat berdampak negatif dan destruktif sepanjang masa pertumbuhan anak menjadi dewasa. Ranjau mental tersebut berupa: (1) menjadi yang terbaik dalam segala hal vs melakukan hal terbaik yang bisa mereka lakukan. Banyak orangtua mendorong anak-anaknya ke satu bidang dengan berbagai alasan. Mungkin si orangtua memiliki keunggulan di bidang tertentu dan ingin anaknya menjadi jiplakan dirinya. Mungkin juga orangtua memiliki kekurangan di bidang tertentu sehingga ingin anaknya mengimbangi kekurangan itu; (2) diri saya adalah prestasi saya. Antara sukses dan gagal, yang terpenting adalah anak tahu bahwa mereka dicintai dan diinginkan; (3) emosi negatif adalah buruk. Sebenarnya bukan emosi negatifnya yang buruk tetapi bagaimana cara mengekspresikan emosi negatif tersebut. Banyak orangtua yang tidak bisa menerima bila anak mengekspresikan emosi negatif mereka karena faktor orangtua, tetapi akan mendukung berlebihan bila disebabkan oleh faktor dari luar orangtua. Dengan alasan tidak ingin anaknya bersedih, kecewa, atau marah banyak orangtua yang justru menanamkan pesan bahwa anak tidak boleh memiliki emosi negatif; (4) semua orang harus menyukai saya. Seorang anak yang dikondisikan untuk berada pada wilayah menyesuaikan dengan standar orang lain akan tertekan bila mendapati dirinya tidak memenuhi standar tersebut; (5) jangan melakukan kesalahan dan meminta pertolongan adalah salah. Tidak ada kesalahan, maka tidak akan ditemukan kebenaran. Masalahnya bukan hanya pada berusaha tidak membuat kesalahan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana solusi, cara memperbaiki kesalahan, memetik pelajaran dari kesalahan yang menyebabkan kegagalan
Baca juga: 47% Konflik Hubungan Terjadi Karena Ini
  1. Menunggu anak berperilaku buruk.
Banyak orangtua terlalu sibuk sehingga lupa memberikan pujian, atau memberikannya dengan tidak tulus. Anak tidak suka diabaikan dan ingin diperhatikan. Tetapi dengan alasan terlalu sibuk, justru orangtua baru memperhatikan saat anak sudah berperilaku buruk dan sudah melakukan kesalahan. Sehingga banyak anak justru merasa dengan berperilaku buruklah mereka akan mendapatkan perhatian orangtua. Banyak orangtua lebih memperhatikan hal-hal negatif dari anaknya dan bukan pada hal-hal positifnya. Hal positif menjadi sesuatu yang langka karena kita selalu mengabaikannya, dan baru mencari-carinya bila perilaku buruk muncul
Baca juga: Definisi Cinta Yang Sebenarnya
  1. Tidak Konsisten.
Konsistensi adalah cara penting untuk menolong anak mengembangkan rasa aman dan terjamin. Banyak alasan yang digunakan orangtua, mulai terbatasnya waktu, kesibukan, stres, tidak tega, atau dengan teori-teori yang bisa membenarkan inkonsistensi itu.  (1) Rutinitas yang konsisten; (2) disiplin yang konsisten
Baca juga: 7 Drama Yang Dihadapi Pasangan Labil
  1. Tidak Menginginkan komunikasi terbuka.
Banyak orangtua yang menikmati menjadi orangtua yang (1) otoriter; (2) penceramah; (3) suka menyalahkan; (4) suka menggampangkan. Kemampuan berkomunikasi dengan anak seharusnya diawali dengan kemauan untuk mendengarkan. Komunikasi terbuka akan meminimalisir adu kekuatan anatra orangtua dan anak.
Baca juga: 10 Kesalahan Yang Dilakukan Para Suami Tanpa Sadar Terhadap Istri
  1. Memainkan peran sebagai pemberes masalah.
Orangtua merasa harus selalu hadir menjadi pemberes masalah yang dihadapi anak. Hal ini justru akan menumpulkan keterampilan pemecahan masalah secara mandiri pada diri anak. Biarkan anak belajar konsekuensi logis, tanpa harus memecahkan masalah untuk mereka, kecuali yang menyangkut masalah keamanan.
Baca Juga: Cara Memelihara Perasaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar